Tuesday, August 28, 2012

Penukar Uang Receh Masih Terlihat di Kota Tua

AppId is over the quota
KOMPAS.COM/JOE LERIBUN Pada hari kedua Lebaran, penukar uang receh masih terlihat di sekitar Kawasan Kota. Deputi Gubernur Bank Indonesia, Ronald Waas mengingatkan kepada masyarakat cara menghindari uang palsu dengan memperhatikan unsur 3D yaitu diraba, dilihat, dan diterawang.

JAKARTA, Kompas.com - Tradisi memberikan uang kertas saat Lebaran rupanya dimanfaatkan para penukar uang recehan di tepi jalan. Pemandangan seperti ini mulai terlihat beberapa hari sebelum Lebaran.

Namun hingga hari ini, pada H+2, Senin (20/8/2012), jasa penukar uang receh masih saja ada, seperti terlihat di jalanan sekitar Kawasan Kota Tua. Rupanya penjaja uang tersebut masih berharap ada yang menukarkan uang untuk digunakan saat silaturahmi hari kedua Lebaran ini.

Bisnis dadakan ini ternyata cukup memberikan untung. Dalam sehari para penyedia jasa ini rata-rata bisa meraup keuntungan Rp 50.000 jika bisa menukar uang sebesar Rp 500.000.

Untuk menukar uang receh rata-rata dikenakan jasa 10 sampai 20 persen. Uang receh yang disediakan pecahan Rp 1.000, Rp 2.000, Rp 5.000 sampai Rp 10.000.

"Kalau tukar senilai Rp 50.000 jasanya 10 persen. Kalau yang Rp 100.000 jasanya 20 persen," kata Ahmad, seorang penukar uang receh di Kawasan Kota Tua.

Sementara itu beberapa waktu lalu, Senin (6/8), saat mengunjungi tempat penukaran uang di lapangan parkir Monas, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Ronald Waas menegaskan untuk waspada terhadap peredaran uang palsu. Menurutnya, Bank Indonesia mencatat temuan uang palsu sebanyak 41.080 lembar dari Januari hingga Juni 2012.

Nominal uang rupiah yang paling banyak dipalsukan adalah pecahan Rp 100.000 sebanyak 21.497 lembar atau 52,33 persen. Sementara itu, urutan kedua pecahan Rp 50.000 sebanyak 17.260 lembar atau 42,02 persen.

"Dengan demikian, kedua pecahan tersebut menempati 94,35 persen dari total uang rupiah yang dipalsukan," terang Ronald.

Untuk mengurangi peredaran uang palsu tersebut, Ronald mengimbau masyarakat lebih teliti terhadap kualitas uang yang beredar. Dia mengingatkan untuk memperhatikan 3D yaitu diraba, dilihat, dan diterawang.

No comments:

Post a Comment