Wednesday, August 29, 2012

Gubernur DKI Harus Mampu Berdialog dengan Warga

AppId is over the quota
KOMPAS IMAGES/MUNDRI WINANTO Suasana Lebaran di pengungsian korban kebakaran Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta, Minggu (19/8/2012). Di tengah keprihatinan akibat musibah kebakaran yang terjadi pada Senin (6/8/2012) lalu, para korban merayakan lebaran dengan sederhana dan penuh kebersamaan.

JAKARTA, KOMPAS.com - Kebakaran yang kerap terjadi di Jakarta semakin menuntut perlunya penataan pemukiman warga. Namun, untuk melakukan relokasi terhadap warga di pemukiman kumuh maupun terhadap para korban kebakaran dituntut kemampuan berdialog Gubernur DKI dan jajarannya.

"Relokasi bisa saja menjadi pilihan dalam rangka penataan pemukiman. Tapi, gubernur dan pemerintah kota harus lebih mampu berdialog dengan warga," kata Yayat Supriatna, peneliti masalah perkotaan, saat dihubungi Kompas.com, Senin (20/8/2012).

Yayat menjelaskan, pemerintah tidak bisa asal melakukan penggusuran. Kondisi kejiwaan warga, terutama yang menjadi korban kebakaran harus menjadi pertimbangan. Untuk itu, kemampuan mendengarkan pandangan warga dan berdialog sangat dibutuhkan pemimpin Jakarta.

"Agak sulit untuk berbicara dengan mereka yang mengalami tekanan hidup atau yang dalam kondisi trauma setelah jadi korban kebakaran. Mereka masih sulit menerima ide-ide baru," jelas pengajar di Universitas Trisakti ini.

Yayat melanjutkan, untuk para korban kebakaran, misalnya, bagaimana pun kondisi mereka sebelumnya, mereka telah masuk dalam golongan orang miskin baru. Dalam kondisi psikologis yang demikian, warga Jakarta masih membutuhkan dorongan sekaligus penyadaran untuk bisa menata diri dan lingkungan. Lebih lagi, masalah pemindahan penduduk terkait dengan banyak kepentingan, baik dari sisi kepentingan tiap warga yang berbeda-beda maupun kepentingan pihak-pihak lain yang harus dipertimbangkan.

Kemampuan untuk menyediakan rumah layak huni saja belum menjadi solusi sempurna. "Perlu keberanian pemimpin untuk membangun dialog karena banyak kepentingan yang harus dirangkai. Dialog diperlukan untuk temukan sinergi antarkepentingan yang beragam," jelas Yayat.

No comments:

Post a Comment