Saturday, August 25, 2012

Dari Cilincing, Kami Mudik Berperahu

AppId is over the quota

JAKARTA, KOMPAS.com - Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran sudah lumrah diikuti dengan rutinitas mudik. Kebiasaan demikian seolah menjadi budaya di dalam masyarakat kita, terutama masyarakat perkotaan.

Sebut saja, kota Jakarta. Para pemudik menggunakan pelbagai moda transportasi. Namun, ada yang berbeda di Perkampungan Nelayan Cilincing, Jakarta Utara. Para nelayan di sana mudik dengan perahu air.

Salah seorang pemudik bernama Saan (40) bersama rombongan lain yang sebagian besar nelayan menempuh perjalanan mudik menuju Muara Gembong, Bekasi. Tampak aneh apabila antara Jakarta-Muara Gembong (Bekasi) dikatakan mudik. Tetapi mereka 'ngotot' menamakan perjalanan mereka, mudik.

"Iya, kami mau ke Muara Gembong. Tetap bisa dibilang mudik ini. Tetap mudik, meski hanya menuju sana," kata Saan.

Saan mudik bersama kelurganya dan rekan se-daerah. Sekurangnya ada 30 orang bisa diangkut perahu yang bertuliskan 'Cilicing, Sri Nara, Muara Mati' di bagian belakangnnya itu. Meski bila dipaksakan, daya tampung perahu tersebut bisa mencapai 50 orang.

Di perahu itu juga memuat barang-barang kebutuhan pokok dan makanan khas Lebaran, seperti sejumlah tabung gas berukuran 3 Kg, air mineral galonan. Menurut Saan, para penumpang hanya dikenakan biaya Rp 15.000 per orang.

"Kami membawa keperluan Lebaran, mie instan (Indomie), kue kering, sesampainya di sana kami siap berjumpa dengan keluarga besar," ujar Saan, yang berprofesi sebagai penambak dan pedagang udang.

Perahu yang ia tumpangi memang sehari-harinya memiliki trayek, yaitu berkisar Cilincing (Kali Baru), Muara Gembong, Indramayu. Perahu itu biasa digunakan bernelayan atau mengangkut hasil tambak udang. Biaya operasionalnya agar perahu bisa berjalan mencapai Rp 800 ribu. Biaya itu sudah termasuk bahan bakar Solar dan ABK.

Sementara, Amsori (23) tahun, salah satu penumpang perahu lainya menyampaikan alasannya mengapa lebih memilih mudik dengan perahu. Menurutnya, dengan perahu cenderung hemat dan lebih cepat. Perjalanan hanya ditempuh dalam waktu 2 jam, ketimbang melalui jalur darat.

Daerah mudik Amsori senada dengan Saan, yakni menuju Kampung Muara Pecah, Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat.

"Kampung saya itu dikelilingi tambak udang, dekat pantai. Kalau naik kendaraan darat untuk menempuh jalan aspal jaraknya 1 Km. Lebih cepat naik perahu. Kalau naik mobil sampainya lama," kata Amsori, yang bekerja di salah satu tempat pemotongan ayam di bilangan Kebun Jeruk, Jakarta Barat.

Di Perkampungan Nelayan Cilincing, kerap lakukan mudik dengan perahu setahun sekali, dalam rangka merayakan Lebaran. Bahkan H-7 Lebaran orang-orang sudah bergegas mudik. Pada musim mudik seperti sekarang ini, setiap harinya minimal 7 perahu antarkan para pemudik. Bahkan bisa mencapai 10-15 perahu.

No comments:

Post a Comment